Kamis, 10 Januari 2013

mendidik anak hiperaktif

Mendidik Anak Hiperaktif

BEBERAPA keluarga melaporkan anak mereka menjadi hiperaktif kemungkinan karena pada masa kecilnya, sang anak terlalu dini mendapat asupan suplemen makanan berupa stimulan otak, atau vitamin otak seperti DHA. Agak sejalan dengan anak “nakal” atau anak dengan gangguan tingkah laku (GTL) adalah anak hiperaktif, atau anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficit & Hyperactive Disorder (ADHD). Kita akan memakai istilah Anak Hiperaktif saja untuk GPPH atau ADHD ini.
Sebenarnya ini tidak terlalu sejalan dengan anak “nakal”, sebab anak hiperaktif penyebabnya adalah gangguan hormonal, gangguan keseimbangan kimiawi dalam susunan saraf pusat/otak atau bahkan kelainan struktur anatomi otak dan perkembangan otak yang tidak normal, sehingga otak mengalami gangguan fungsi. Disebut juga dengan Brain Dysfunction Syndrome. Gangguannya disebut hiperkinetik sebab ditandai dengan berlebihannya gerakan.
Banyak juga anak hiperaktif yang latar belakang penyebabnya adalah lingkungan dan faktor emosional serta sosial, antara lain pola mendidik yang salah. Ada juga anak hiperaktif yang hereditair (karena keturunan).
Beberapa keluarga melaporkan anak mereka menjadi hiperaktif kemungkinan karena pada masa kecilnya, anak terlalu dini dan terlalu banyak mendapat asupan suplemen makanan berupa stimulan otak, atau vitamin otak seperti DHA, yang belakangan ini diiklankan secara besar-besaran dan meluas, bahkan menjadi tren. Ini memang masih perlu dibuktikan, tetapi ada baiknya suplemen semacam ini kita berikan dengan kehati-hatian dan tidak berlebihan.

Tipe Anak Hiperaktif
Anda perlu mengetahui bahwa ada tiga tipe anak hiperaktif. Berikut ini ketiga tipe tersebut!
1. tipe hiperaktif-impulsif
Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik.
Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran.
2. tipe in-atensi
Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun, tidak bisa diajak berbicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
3. tipe kombinasi
Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.

Beda Anak Nakal dan Anak Hiperaktif
Apa yang membedakan anak nakal/anak dengan GTL dengan anak hiperaktif?
Anak nakal/dengan GTL mampu berkonsentrasi, bahkan mampu memimpin, merencanakan dan bisa diterima oleh sebagian anggota masyarakat (yang mau dipimpinnya), sedangkan anak hiperaktif tidak bisa memimpin dan tidak bisa diterima masyarakat.
Anak dengan GTL membatasi aktivitasnya sebab ia bisa kelelahan, dan aktivitasnya sering memang berdasarkan rencana yang runut. Anak hiperaktif tampak hampir tak pernah merasa kelelahan, ia bagaikan mesin yang terus dipacu untuk bergerak.
Yang jelas, anak dengan GTL keadaan otaknya normal, sedangkan anak hiperaktif tidak normal.

Mengelola Anak Hiperaktif
Bagaimana mengelola anak hiperaktif? Karena penyebabnya sebagian besar adalah gangguan kimiawi dan anatomi otak, apa boleh buat, salah satu pengelolaannya adalah dengan obat-obatan yang ditujukan penyebab utamanya. Ini membutuhkan penanganan profesional.
Pengelolaan lain yang juga esensial adalah terapi perilaku dan edukasi, antara lain:
- latihan kedisiplinan dengan pola hadiah/pujian dan hukuman
- penyederhanaan materi pelajaran
- fokus pada apa yang bisa menimbulkan minat dan kesukaan
- metode dan pendekatan yang penuh variasi dan peraga yang menarik dan berubah-ubah
- perhatian dan kasih sayang
Beberapa prinsip pengajaran antara lain:
- jauhkan anak dari hal-hal yang bisa menyimpangkan perhatian selama di kelas, seperti gambar-gambar, mainan, jendela yang mengarah ke luar, teman-teman yang bisa menarik perhatian.
- jika ada dalam satu kelas dengan anak lain (yang normal) hendaknya ia diberikan teman duduk atau teman main yang mau mengerti keadaannya dan bertoleransi. Tempatkan ia di depan sehingga perhatiannya hanya tertuju kepada guru, tak terganggu adanya anak-anak lain.
- tekankan pada disiplin dan kerja sama/interaksi, misalnya dalam kelompok-kelompok kecil.

Pada prinsipnya anak hiperaktif harus ditangani sedini mungkin sebab ada kecenderungan makin lama akan makin menjadi-jadi.

Mengenali Anak Hiperaktif
Jadi, bagaimana kita mengenali anak hiperaktif?
Di sekolah anak hiperaktif bisa dikenali antara lain pada anak yang memperlihatkan gejala-gejala:
- sering tidak mampu menyelesaikan tugas guru, terutama yang memerlukan konsentrasi dalam waktu lama, walaupun bentuknya permainan.
- jika diajak berbicara sulit memperlihatkan perhatian kepada lawan bicaranya.
- mudah berubah perhatian terutama jika ada bentuk stimulus dari luar.
- menjawab atau berkata spontan tanpa pikir, sering tidak ada hubungannya dengan yang sedang menjadi topik pembicaraan.
- di tempat duduk sering gelisah, suka bergerak; sulit mempertahankan diri untuk diam lebih dari lima menit.
- sering melontarkan pertanyaan tak bermakna selama pelajaran.
- suka mengganggu teman-temannya, membuat gaduh, tidak mudah menurut tata disiplin kelas.
Kepada anak semacam ini harus segera dilakukan penanganan serius dan profesional. Guru maupun orang tua harus mendapat bimbingan khusus. Jika sudah waktunya mendapat obat-obatan, anak harus segera ditangani tenaga medis yang andal.
Jadi, Anda sudah tahu apa yang harus Anda lakukan, bukan?*****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar